Begitulah Virtual Reality, alat ini mampu membuat siapapun yang menggunakannya akan merasa masuk ke dunia baru yang berbeda dan membuat apapun yang dilihat seolah merupakan hal yang nyata.
Berdasarkan laporan dari JAMA Psychiatry, relawan studi di Belanda memakai terapi perilaku kognitif yang dibimbing dengan apa yang biasanya digunakan pasien saat terapis yang sebenarnya.
Dalam studi tersebut menyatakan bahwa "rasa takut pada ketinggian atau Acrophobia bisa diobati secara efektif tanpa melakukan terapis, namun cukup dengan menggunakan aplikasi smartphone yang bernama ZeroPhobia yang dikombinasikan dengan kacamata VR'' ungkap Tara Donker, seorang asisten profesor.
Menurutnya, pengobatan ini dianggap akan lebih efektif dari pengobatan tatap muka yang dengannya akan membutuhkan biaya perawatan yang lebih besar.
Terapi tingkah kognitif secara tradisional, jika diterapkan pada pasien dengan fobia tertentu biasanya akan dilakukan pengobatan secara bertahap dan menunjukkan hal yang ditakuti oleh si pasien. Sedangkan ahli terapisnya akan membimbing pasien dengan menafsirkan respon dan kecemasan yang dirasakan oleh para pasien.
Akan tetapi, metode terapis Donker yang berafiliasi pada Vrije University Amsterdam, juga seorang penulis studi senior Jean-Louis van Gelder dari University of Twente menciptakan aplikasi sebagai metode alternatif yang lebih terjangkau bagi para pasien acrophobia.
Baca juga: Cara Memulihkan Email Yang Sudah Terhapus Permanen Di Gmail
Aplikasi ini lebih mirip dengan permainan yang membawa pemakai melewati serangkaian tantangan yang mengerikan bagi orang yang acrophobia (takut ketinggian).
Beberapa permainan tersebut misalnya adalah mengganti bola lampu yang terletak di tangga dapur, memperbaiki lampu dengan berdiri di tepian balkon yang tinggi, atau menyelematkan seekor anak kucing yang berlarian di atas jembatan nan tinggi.
Skenario permainan Virtual Reality dikembangkan mencakup tempat yang luas dari kondisi yang akan dialami oleh para acrophobia.
Aplikasi ZeroPhobia ini telah diuji oleh 193 sukarelawan dewasa yang memiliki fobia acrophobia. Dan pada tiga bulan kemudian hasilnya para relawan menulis kuesioner dan setelah diambil kesimpulan ternyata relawan yang takut ketinggian lalu memakai aplikasi ini telah mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Akan tetapi, ahli terapis lebih baik tetap terlibat dalam penggunaan metode Virtual Reality ini dan membimbing untuk mengatasi fobia pada ketinggian tersebut.
Jadi bagi kamu yang memiliki rasa fobia serupa, yaitu takut terhadap ketinggian, maka perlu mencoba melakukan metode seperti yang telah dijelaskan di atas, yakni dengan menggunakan alat bantu aplikasi dan Virtual Reality.