Dalam kesempatan tersebut, Acton menjelaskan tentang alasan mengapa dia memutuskan untuk mengundurkan diri dari Facebook setelah sebelumnya menjual aset WhatsApp ke raksasa jejaring sosial tersebut.
Bukan hanya itu, dia juga mengkritik para raksasa teknologi Silicon Valley, berikut Google, Apple, dan juga Facebook, yang dianggapnya tidak mampu memoderasi konten yang beredar pada layanan mereka atau hasil pencarian. Akibatnya, kesalahan informasi semakin marak.
"Perusahaan-perusahaan teknologi ini tidak dibekali dengan kemampuan membuat keputusan moderasi," ujar Acton sebagaimana dirangkum oleh Fajrinfo dari KompasTekno.
"Parahnya lagi, kita memberikan mereka kemampuan tersebut. Kita menggunakan layanan mereka. Kita mendaftar di situs-situs milik Facebook. Maka, (sebaiknya) kita hapus Facebook, bukan?" ujarnya.
Sebenarnya Acton sudah pernah menyampaikan ajakan serupa pada Maret 2018. Disaat itu dia mengkampanyekan tagar / tanda pagar #deletefacebook pasca skandal kebocoran data jutaan pengguna Facebook diketahui oleh publik.
Pria yang telah mendirikan WhatsApp bersama dengan Jan Koum ini keluar dari Facebook sebagai induk perusahaan pada November 2017, tiga tahun setelah Facebook mengakuisisi WhatsApp sebesar 19 miliar dollar AS.
Pada kegiatan kuliah umum di Stanford itu, Acton menjelaskan bahwa ia hengkang dari Facebook oleh sebab WhatsApp mulai dijejali iklan sebagai usaha untuk melakukan monetisasi. Acton juga mengakui bahwa dia tidak merasa sreg dengan kebijakan Facebook terhadap privasi pengguna.